Ya Allah,
Maafkan aku yang
terlalu banyak mengeluh, dan menuntut. Padahal aku tahu dosa yang kulakukan
mungkin tidak akan bisa Kau maafkan. Kusadari ini sebagai bentuk penghukumanmu
terhadapku yang telah lalai. Dan sungguh itu teramat sangat sakit, hingga rasa
rasanya aku tidak akan lebih lama bisa bertahan dan bersabar dengan keadaan. Bahkan
saat telah kutahu bahwa azabMu akan
lebih di akhiratMu. Tapi kumohon ya Allah, kuatkan hatiku, kuatkan hatiku untuk
tetap sabar.
Ya Allah,
Penyesalanku melakukan
hal yang kau benci mungkin akan berkepanjangan. Bahkan hingga di akhirat saat
semua azab akan menghakimi laku ku.
Tidak pernah
terpikirkan sekalipun kehidupan rumahtanggaku setelah menikah akan seperti ini.
Sulit bagiku bernafas, menentukan langkah harus bagaimana, kemana dan seperti
apa. Angan anganku untuk memiliki keluarga yang tenang dirumah sendiri,
menentukan apapun hanya dengan kesepakatan suami, juga cukup secara batiniah
dan financial bahkan tidak bisa kugapai. Entah sampai kapan. Orang orang yang
mengenaliku ungkin akan berpikir aku akan bahagia dengan pernikahanku. Yah, aku
bahagia. Namun, di banyak sisi, tidak. Aku seorang yang rapuh dan tak berdaya. Itu
semua karena kami memulainya dengan dosa, rahasia yang tak boleh oranglain
kketahui, dan yang paling penting adalah utang yang menumpuk. Kami bukannya memulai semua dari awal, tapi
berpikir dan bekerja keras melunasi utang.
Ya Allah, aku sayang
suamiku, dan perasaan itu telah memenuhi seluruh ruang hatiku. Bahkan karena
penuhnya ruang itu, tak ada ruang untuk bisa membuat hatiku jengkel padanya. Aku
mencintainya dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Jika tanganku ini bisa
memeluknya erat, akan kupeluk erat ia, dan tidak akan biarkannya pergi. Aku menangis
saat ia susah, aku tertawa jika ia bahagia. Aku terluka jika ia terluka, dan
selalu mencemaskannya. Aku pun selalu menitipkan doa untuknya setiap bertemu
denganmu. Bahkan ia tak tahu, pernah suatu malam ia sangat lelah dan tertidur
lebih dahulu. Kuliat guratan guratan letih pada wajahnya, dan tak terasa
airmataku jatuh. Kusadari tiap hari ia bekerja sangat keras. Tapi..
Ya Allah, maafkan jika
aku mengeluh. Tapi aku tidak bahagia dengan keadaan ini. Tapi kutahu, semakin
aku mengeluh, memojokkan, menuntut bahkan memaksa suamiku untuk
membahagaiakanku dengan cara yang kutahu saat ini belum bisa ia lakukan, maka
semakin berdosalah aku. Aku lebih memilih untuk tertekan dalam batin, menyimpan
semuanya rapat didalam hati, dibandingkan menambah dosa, dan juga menambah
beban batin suamiku. Aku tahu, ia menyayagiku, bahkan lebih dari dirinya
sendiri. Keadaan awal yang membuat hati kami tersiksa.
Ya Allah, jika ini
adalah cobaan, maka cukupkan cobaanMu ini Ya Allah, aku sudah jera.
Namun, jika ini adalah
azab, aku tak bisa berkata apa Tuhanku. Kami hanya hambaMu yang penuh dosa dan
mengharapkan pintu maafMu terbuka…..